12 MEI

“Tiga Golongan Orang. Membayangkan tempat dalam angan-angan. Di sini, melihat diriku sendiri berdiri di hadirat Allah Tuhan kita dan sekalian para kudusNya, untuk menginginkan dan menemukan apa yang lebih berkenan kepada Kebaikan ilahi. Memohon apa yang kukehendaki. Di sini mohon rahmat untuk memilih apa yang dapat lebih menambah kemuliaan Allah yang Mahaagung dan keselamatan jiwaku sendiri.” (151-152)

Pastoral Paroki ‘raksasa’ di kota besar dengan jumlah umat puluhan ribu. Letak tantangannya bukan pada ‘raksasa’, tetapi tetapi pada ‘pastoral’. Perkara inti mengelola puluhan orang sebenarnya tidak banyak berbeda dengan mengelola puluhan ribu orang. Ketika memiliki kemampuan ‘mengukur’, membaca dan memahami domba-domba, seberapun besar dan banyak, reksa pastoral akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, berkatekese dihadapan sepuluh orang saja menjadi sangat melelahkan jika yang diketahui oleh sang pengajar hanyalah jumlah, wajah dan kulit.

Pastoral Paroki ‘raksasa’, sekali lagi, tekannya adalah ‘pastoral’, bukan ‘raksasa’. Yang perlu ditekankan adalah mencari dan menemukan indikator kreatif dan strategis. Indikator ini mampu menjelaskan angin sosial politik yang sedang berkembang, kebudayaan yang sedang berlangsung, gaya hidup dan trend umat. Dari hasil bacaan, yang pasti tidak hanya dalam wujud angka dan kuantitas inilah, kita bisa menyusun arah pastoral yang tepat.

BUTIR-BUTIR ROHANIKU HARI INI?