
IGNATIAN SPIRITUALITY
“It was a revelation of how God had dealt with him, taught him and guided him. The account he gave was done under the inspiration of the Spirit; it was a discerned history of God’s actions in his soul. It is not so much his autobiography as the story of God changed him” .
Komentar Coleman terhadap autobiografi Ignasius di atas mau menegaskan kembali prakata P. da Camara bahwa autobiografi Ignasius ditulis bukan untuk mengisahkan seluruh riwayat hidup Ignasius. Autobiografi itu ditulis terutama untuk “menerangkan apa yang sampai saat itu terjadi dalam hatinya”. Jadi bukan sebagai riwayat hidup pada umumnya melainkan sebagai riwayat hidup rohani bagaimana Allah bertindak langsung membimbing Ignasius. Dalam kaca mata seperti itu, menjadi sangat jelas jika Modras mengatakan bahwa “Spiritualitas Ignasian sangatlah biografis” . Artinya bahwa dengan mengikuti riwayat peziarahan dan memahami tulisan rohaninya sendiri, kita lebih mudah memahami dan menangkap spiritualitas yang diwariskannya.
Ambil saja contoh isi bacaan novel ksatria yang digemari Inigo. Tidak dipungkiri lagi bahwa novel-novel romantis itu telah banyak mempengaruhi hidupnya untuk melakukan tindakan ksatria sebagai tentara Allah yang mau dengan murah hati melayaniNya. Itulah alasan mengapa Latihan Rohani dan spiritualitas yang muncul darinya lebih mudah digambarkan dalam term-term pengalaman hidup Ignasius daripada didefinisikan. Oleh karenanya, berbicara tentang Spiritualitas Ignasian tak pernah dapat dilepaskan dari peziarahan rohani dari Inigo ke Ignasius dan isi Latihan Rohani yang ditulisnya.
Secara sederhana, kata spiritualitas mengacu pada tanggapan seseorang atau sekelompok orang kepada Allah, atau persisnya jalan konkret yang dipakai seseorang atau sekelompok orang untuk berelasi dengan realitas sejati kehidupan. Oleh karenanya, spiritualitas pertama-tama mengacu pada jalan seseorang atau sekelompok orang dalam mewujudkan semangat religius mereka baru setelahnya spiritualitas mengacu pada serangkaian ciri perwujudan khusus yang dirumuskan dan disistematisasikan. Setiap spiritualitas merupakan hasil perjumpaan antara Allah dan sekelompok orang dengan sejarah tertentu beserta pengaruh psikologis, sosial, dan budaya mereka. Maka, “A Spirituality is a pathway to God,” ungkap William Barry .
Autobiografi Ignasius lebih mau menunjukkan bagaimana Allah berelasi dengan Ignasius dan Ignasius berelasi dengan Allah. Hal ini ditekankan dalam prakata P. da Camara bahwa “autobiografi ini memang tidak punya maksud menceritakan seluruh riwayat hidup St. Ignasius. Maksudnya lain yakni ‘menerangkan apa yang sampai saat itu terjadi dalam hatinya.’ Jadi bukan riwayat hidup pada umumnya, melainkan riwayat hidup rohani” . Belajar dari Ignasius, spiritualitas dapat diartikan sebagai cara setiap manusia berelasi dengan Allah. Dalam segala keunikan dan kebebasannya, sesuai warna pribadi, watak dan situasi zamannya, manusia diajak menanggapi Allah yang senantiasa menyapa hidupnya.
“In order to understand Ignatian spirituality, it is important to see that his spirituality was a result of his own life experiences. These experiences, both before and after his conversion, reveal the ways in which God was leading St. Ignasius and give a special character to this particular way of being in relation to God” .
Spiritualitas Ignasian sendiri berkembang dari perjumpaan antara Allah dengan Inigo, seorang bangsawan dan ksatria Bask pada akhir Abad Pertengahan. Spiritualitas itu tumbuh dari pengalaman Inigo akan kekacauan hidupnya. Justru di dalam kekacauan hidup itulah, Inigo menemukan dan mengalami Allah yang tiada henti mencipta dan membangun kembali kehidupan. Inigo mengalami Allah yang senantiasa menyapa dan ia mau menanggapiNya. Oleh karenanya, Spiritualitas Ignasian dapat diartikan sebagai cara berelasi dengan Allah sebagaimana dihayati Ignasius. Asas dan Dasar merangkum semua itu.
“Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi, dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut, sejauh itu merintangi dirinya. Oleh karena itu, kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segala ciptaan tersebut, sejauh pilihan merdeka ada pada kita dan tak ada larangan. Maka dari itu dari pihak kita, kita tidak memilih kesehatan lebih daripada sakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, kehormatan lebih daripada penghinaan, hidup panjang lebih daripada hidup pendek. Begitu seterusnya mengenai hal-hal lain yang kita inginkan dan yang kita pilih ialah melulu apa yang lebih membawa ke tujuan kita diciptakan.” (LR 23)
Asas dan Dasar memberikan orientasi dan visi hidup yang dapat digunakan dalam usaha berelasi dengan Allah. Dalam Asas dan Dasar itulah ditemukan pola gerak di mana Allah senantiasa mencipta dan manusia semestinya menanggapiNya. Asas dan Dasar tidak hanya membawa pengalaman kepada Allah yang melulu menghibur, mencintai, dan melindungi. Lebih dari itu, Asas dan Dasar membawa pada pengalaman akan Allah yang giat bekerja di dalam proses penciptaan dan menarik setiap orang untuk menyanggupkan diri terlibat berpartisipasi di dalamnya.
“There is nothing impossible with God.
But, there is one thing He can’t do:
He can’t stop loving you.”