Senin, 04 Oktober 2021 |
Greg Soetomo, SJ |
7082
“To see all things new in Christ”
“Melihat segala sesuatu menjadi baru di dalam Kristus”
Yang terkasih, para pembaca dan pencari harta kekayaan rohani dari Latihan Rohani Santo Ignatius, berikut adalah rentetan pertanyaan demi pertanyaan yang mungkin hendak diajukan ketika Anda memegang dan mulai membuka lembar demi lembar buku ini:
Buku apa ini?
Sebuah buku dengan 365 renungan, untuk 365 hari, satu tahun penuh, berdasarkan dinamika Latihan Rohani Santo Ignatius Loyola. Pertobatan Santo Ignatius ditandai sebagai seorang serdadu dengan luka dalam peperangan lokal yang dialaminya di Pamplona, pada 20 Mei 1521. Dalam proses pergumulan spiritual sesudah rentang waktu sakitnya, buku Latihan Rohani ditulis dan dilahirkan. Lima abad kemudian (2021) diperingati sebagai Tahun Ignatian (Ignatian Year). Tahun Ignatian dibuka pada tanggal 20 Mei 2021 dan ditutup pada tanggal 31 Juli 2022.
(Lihat penjelasan yang lebih luas) :
1. “Riwayat Ringkas Santo Ignatius” https://jesuits.id/santo- ignatius-loyola-2/
2. LATIHAN ROHANI St. Ignasius Loyola. Terjemahan dan Pengantar oleh: J. Darminta, SJ. Pusat Spiritualitas Girisonta – Penerbit Kanisius, 1993)
(Versi PDF dari “The Spiritual Exercises of St. Ignatius of Loyola” mudah didapatkan secara online)
Apa tujuan menggunakan buku ini?
Pengguna, dengan merenungkan setiap hari bahan-bahan yang disediakan, diharapkan akan lebih mengenal, mencintai dan mengikuti Kristus. Kristus di sini adalah Kristus yang ada dalam Kitab Suci kita, karena bahan utama permenungan dalam Latihan Rohani adalah misteri hidup Kristus seperti disajikan dalam Kitab Suci. Lebih daripada renungan dengan menggunakan Kitab Suci, pengguna dibantu mengenal Kristus lewat cara yang disajikan oleh St. Ignatius dalam struktur Latihan Rohani. Kita hendak mendengarkan Kristus yang menyampaikan pesannya untuk hidup manusia beriman sehari-hari di zaman ini.
Siapa yang diharapkan memanfaatkannya?
1. Seperti pengalaman St. Ignatius sendiri, dan bahan-bahan renungan yang disajikan dalam Latihan Rohani, keberpusatan pada Kristus menjadi pilar dan tulang punggung buku ini. Karena itu siapa pun yang mau tumbuh dalam mengenal, mencintai dan mengikuti Kristus diharapkan terbantu dengan buku ini.
2. Mengingat bahan utama Latihan Rohani berasal dari pengalaman St. Ignatius sebelum menjadi imam, kemungkinan besar buku ini membantu umat Katolik (awam) yang ingin menekuni perjalanan rohaninya. Buku ini sangat bermanfaat untuk maksud tersebut.
3. Mereka, para peminat spiritualitas Ignatian dan yang telah merasa terdukung hidup rohaninya dengan retret Latihan Rohani Ignatius Loyola, peserta aktif di berbagai pertemuan dengan para Yesuit dan yang mendapat bimbingan dari mereka serta menjalankan karya pelayanan bersama para Yesuit, buku ini bisa digunakan menjadi pelengkap doa-doa harian sepanjang tahun.
4. Dengan menggunakan buku ini, secara tidak langsung, seseorang memanfaatkan Latihan Rohani sebagai tradisi kerohanian Gereja dengan berusaha mengerti dan melatihkannya.
Bisa dijelaskan lebih jauh struktur buku ini?
Struktur buku ini mengikuti struktur Latihan Rohani sebagaimana ditulis di dalam catatan pendahuluan (Latihan Rohani 4). Detil dan penjelasannya akan diberikan kemudian.
“Latihan-latihan berikut hendaknya diberikan selama empat minggu, sesuai dengan adanya empat bagian dalam latihan-latihan. Bagian pertama adalah pertimbangan dan kontemplasi mengenai dosa-dosa. Bagian kedua sampai dengan Minggu Palma. Bagian ketiga tentang Sengsara Kristus Tuhan kita. Bagian keempat tentang Kebangkitan dan Kenaikan, ditambah tiga cara berdoa. Namun, itu tidak berarti bahwa setiap Minggu harus terdiri dan tujuh atau delapan hari. Karena, mungkin dalam Minggu pertama ada yang lebih lambat mendapatkan apa yang dicari, yaitu rasa tobat, kesusahan, air mata atas dosa-dosa. Ada yang mungkin lebih rajin daripada yang lain, dan ada pula yang lebih dikacaukan dan lebih dicobai oleh bermacam-macam roh. Maka ada kalanya Minggu itu harus dipersingkat, ada kalanya harus diperpanjang. Demikianlah kita juga harus bersikap, dalam semua Minggu berikutnya, usaha mencari buah yang khusus diharapkan dan bahan yang bersangkutan. Namun hendaknya seluruh Latihan Rohani berakhir kurang lebih dalam 30 hari.”
Jadi ini dinamika lingkaran rohani satu bulan yang diulang lagi. Bisa dijelaskan mengapa minggu kedua dalam setiap bulan jauh lebih panjang dari minggu-minggu yang lain?
Minggu Kedua menjadi hari-hari yang panjang. Ini adalah sebuah pilihan model beriman buku ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Santo Ignatius (LR 4), “Maka ada kalanya Minggu itu harus dipersingkat, ada kalanya harus diperpanjang”. Minggu Kedua, “tentang hidup Kristus Tuhan kita” menjadi cerminan bahwa hidup kita adalah hidup dan beriman yang rutin, biasa dan panjang. Kesetiaan pada yang rutin dan biasa, adalah pilihan dalam buku ini. Tetapi, dengan mengikuti Kristus, hari yang panjang dan biasa ini kita transformasi menjadi hari yang tidak biasa, istimewa dan ’magis’ (‘lebih’).
Setiap hari di sana ada renungan tiga alinea. Maksudnya apa?
Tiga alinea ini adalah percikan rohani yang terdiri dari 150 – 200 kata. Alinea pertama, “di dalam tanda petik”, diakhiri dengan nomor referensi, adalah kutipan dari Latihan Rohani Santo Ignatius. Dengan pertimbangan dan diskresi, dipilih kutipan atau potongan dari satu atau beberapa nomor Latihan Rohani.
Alinea yang kedua, “semua huruf tegak”, adalah kisah orang, cerita kasus, problematika moral, sosial-politik, dan sebagainya. Alinea ketiga, “dicetak miring”, adalah pesan yang bisa dipetik, wisdom yang bisa kita dapatkan, anjuran moral, atau pertanyaan baru yang lahir. Dua alinea ini, harus diakui, tidak memiliki ‘genre’ yang konsisten. Ia bisa berupa opini singkat sosial-politik, story tentang orang atau kehidupan, essay ringkas filsafat-teologi, atau bisa juga ‘cerpen dua alinea’.
Yang harus diklarifikasi sejak awal, alinea kedua dan ketiga adalah ‘inspirasi’, bukan ‘penjelasan’ atas kutipan Latihan Rohani di alinea pertama. (Jika Anda mencari penjelasan, bisa melihat di buku atau artikel lain) Tentu ada upaya untuk menyelaraskannya antara ketiga alinea tersebut. Tetapi, pada saat yang sama, tidak jarang, ada ‘loncatan’ dan ‘penyimpangan’. Penggunaan imajinasi sangat penting untuk meletakannya dalam konteks. Tetapi, apa sih persisnya ‘inspirasi’ itu?
Anda mengatakan dua alinea, setelah kutipan Latihan Rohani, sebagai inspirasi. Apa ‘inspirasi’ yang dimaksud di sini?
Untuk menjelaskan inspirasi di sini, kita bisa menggunakan metafora bepergian atau plesir, mendaki gunung, piknik ke pantai, berkebun, berenang, menonton film, jalan-jalan di mal, setelah seseorang bekerja panjang seharian dan merasa penat. Antara ‘dunia pekerjaan profesional’ dan ‘rekreasi’, keduanya tidak selalu memiliki koneksi. ‘Yang kedua’, kerap, memang hanya variasi dan selingan dari ‘yang pertama’. Kita tidak perlu memaksakan adanya hubungan antara keduanya. Tetapi, kerap kali, ketika orang berpiknik sedikit jauh, orang mendapatkan ‘jawaban’ atas kepenatan dan kelelahan hidupnya. Bahkan, tidak jarang, dalam rekreasi ini ia dikejutkan dengan lahirnya ‘jawaban intuitif-kreatif, tidak konvensional, dan mencerahkan’ atas berbagai pertanyaan. Maka, satu syarat penting agar pembaca dan pemakai buku ini mendapatkan manfaat rohani yang melimpah: berimajinasilah, secara kreatif.
Jadi, kami diharapkan membaca dan merenungkan setiap hari setahun penuh?
Ya, karena dua atau tiga paragraf selalu bisa menyisakan celah kekosongan sebuah gagasan, jika dibaca secara parsial. Terlebih jika pengguna membacanya secara meloncat-loncat. Tulisan ini bukan traktat akademis pengetahuan teologi-spiritual yang utuh dan penuh. Ketika Anda selesai dengan renungan satu bulan, renungan di bulan berikut akan melengkapi dengan pemahaman dan inspirasi yang lain. Oleh karena itu, selalu dianjurkan bahwa seseorang sebaiknya merenungkan sejak awal hingga akhir. Atau, setidaknya, membaca sejak awal bulan (apa pun bulannya), berlanjut hingga satu tahun penuh berikutnya. Perjalanan pencarian dan penemuan ini hanya akan menjadi matang setelah tiga kali atau tiga tahun berturut-turut merenungkan dan memeluk buku ini. ‘Pengulangan dan Kedalaman’ menjadi praktik yang selalu dianjurkan dalam Latihan Rohani Santo Ignatius.
Untuk mereka yang secara teratur, setiap tahun, membuat retret Latihan Rohani. Apakah merenungkan dan membaca buku ini bisa digunakan sebagai pengganti retret tersebut?
Buku ini bukan pengganti retret 8 hari atau 30 hari. Tetapi mereka yang pernah menjalani retret itu akan terbantu jika memakainya untuk hidup harian. Buku ini bertujuan untuk membeberkan dan menyajikan tradisi Latihan Rohani Santo Igantius Loyola secara lebih relaks, cukup 3–5 menit per hari. Meski dianjurkan untuk diulang-ulang dan dikunyah-kunyah sepanjang hari.
Apakah boleh membaca buku ini secara simultan berkelanjutan, tanpa dibatasi oleh tanggal sebagaimana yang tertera di sana?
Tentu tidak ada yang melarang untuk melakukan cara ini. Mungkin, salah satu alasannya, Anda punya waktu banyak, kemudian ingin menyelesaikan buku ini dalam waktu satu minggu, dua minggu, atau satu bulan. Anda tetap akan mendapatkan banyak manfaat dengan menggunakan metode semacam itu. Tetapi penulis tidak bermaksud menyulam buku ini untuk digunakan dengan cara ini. Penulis bertujuan mendorong agar satu renungan harian ini bisa dikunyah-kunyah sepanjang hari, menikmati ‘sensasinya’ untuk hari itu, entah itu suka-duka, manis-pahit, hitam-putih. Dalam hal ini kita pantas mengikuti nasihat Santo Ignatius, “Karena bukan berlimpahnya pengetahuan, melainkan merasakan dan mencecap dalam - dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang dan memuaskan jiwa.” (LR 2)
Lalu, bukankah kita punya kalendar liturgi Gereja baku yang terkadang tidak sejalan dan harmonis dengan dinamika perjalanan rohani buku ini?
Betul sekali. Bisa jadi Anda akan merasa ‘aneh’ ketika masa Pekan Suci dan Paskah, kok harus merenungkan ‘Kontemplasi Penjelmaan’ dalam Latihan Rohani buku ini. Atau, Natal, sambil merenungkan ‘Sengsara Yesus’. Anda bisa mengabaikan renungan hari itu jika Anda lebih ingin menghayati kalendar litugi dan dinamika perayaan-perayaan Gereja yang lebih resmi. Tetapi, kalau Anda terlatih dan terbiasa dengan berpikir dan menghayati iman yang penuh dengan paradoks, tidak terganggu dengan perbedaan dan tegangan, bahkan mampu mendamaikan konflik-konflik berbagai ide, Anda tetap bisa melanjutkan keduanya dengan damai dan bahagia.
Mengapa perlu dibuat dan dipisahkan menjadi dua buku?
Demi tujuan praktis dan psikologis. Dicetak dalam satu buku akan menjadi terlalu tebal. Kurang praktis dan kurang mobile untuk orang sibuk di zaman ini. Selain itu, melihat satu benda yang sama, ditenteng kemana-mana, selama satu tahun penuh juga akan menjadi beban psikologis. Maka dipisahkan menjadi dua buku, Januari-Juni dan Juli-Desember.
Akhirnya, bisa diceritakan sedikit konteks dan proses penulisan buku ini?
Konteks penulisan renungan ini adalah periode hening sepanjang pandemi COVID-19 di tahun 2020. Khususnya masa karantina pertengahan Maret hingga akhir Juni. Menulis di kampus 85 hektar, dengan ratusan (ribuan?) pohon yang berselang-seling dengan gedung kuliah Ateneo de Manila University, Filipina, dengan tiga-empat lapangan rumput hijau yang membentang. Dalam kampus yang biasanya sibuk dengan lalu lalang sekitar sepuluh ribu mahasiswa dan karyawan, kini tinggal sekitar 200 – 300 orang, yang karena satu dan lain hal, terdampar di dalam kampus, tentu merupakan aktivitas ideal yang hampir semua penulis memimpikannya. Menulis buku ini menjadi semacam retret pribadi yang panjang.
Tiga bulan yang intensif. Melewati masa pra-Paskah dan Paskah 2020. Pandemi COVID yang membuat hidup kita diwarnai dengan tegangan, namun penuh rahmat dan berkat. Kita harus ingat, hidup dan pesan Yesus pun penuh dengan paradoks. Untuk menyebut beberapa saja. “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” (Yoh 16:20); “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.” (Lk 9:24) “Sebab, kuk yang Kupasang itu mudah dan beban-Ku ringan.” (Mt 11.30); “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Kor 12:10); “ … telah beroleh kekuatan dalam kelemahan” (Ibr 11:34)
Mirip sekali dengan konteks COVID-19. Seluruh dunia lama, dalam banyak hal, dilucuti dan dimurnikan. Bagaimana dunia baru nanti akan dibangun itu terserah pada manusia untuk memutuskan. Tulisan ini adalah rumah yang pernah dibangun di tanah lama sejak tahun 2010. Rumah dibongkar kembali, serpihan batu dan bata, dipasang kembali, disemen, dicat ulang, menjadi taman bunga dengan 365 kepingan dekorasi kecil yang berwarna-warni. Seluruh kepingan dan bangunan kecil menjadi satu rangkaian utuh dibingkai dalam Latihan Rohani Santo Ignatius Loyola. Dibangun kembali di tahun 2020, di bawah tegangan COVID-19. Sebuah buku yang bermaksud untuk menebarkan harapan setelah ‘pemurnian yang menyakitkan’ ini. Menyongsong peringatan lima abad Latihan Rohani, yang akan diperingati sepanjang 2021 – 2022.
Salam,
Greg Soetomo SJ
Ateneo de Manila Campus, QC, Filipina
Minggu, 21 Juni 2020
Hari Peringatan Santo Aloysius Gonzaga (1568 – 1591)
Peringatan Orang Kudus yang berdevosi mendalam pada Bunda Maria, Hati Maria yang tak Bernoda dan Hati Kudus Yesus. Yesuit yang wafat di usia muda, terinfeksi penyakit menular saat menemani, menghibur, dan menolong korban kota Roma diterjang pandemi-pandemi.
---------------------------------
MENEMUKAN HIDUP BARU DALAM KRISTUS
Juli - Desember
Greg Soetomo, SJ
Penerbit:
Komunitas Awam Putri Sion
komunitasputrision@yahoo.com
Cetakan pertama, April 2021
Bagikan :