RENUNGAN # 10 OKTOBER

10 OKTOBER

“Kontemplasi Pertama Penjelmaan. Mengingat-ingat ceritera yang harus kukontemplasikan. Di sini, ialah Ketiga Pribadi Ilahi memandang seluruh permukaan atau keliling bumi penuh dengan manusia… Mendengarkan apa yang dikatakan orang-orang di permukaan bumi: bagaimana mereka bercakap-cakap yang satu dengan yang lain… Akhirnya mengadakan suatu percakapan, sambil memikirkan apa yang harus kukatakan kepada Ketiga Pribadi ilahi, atau kepada Sabda abadi yang telah menjelma atau kepada Bunda-Nya, Ratu kita. Memohon menurut apa yang kurasa dalam hatiku, untuk dapat lebih baik mengikuti dan meneladan Tuhan kita yang baru saja menjelma.” (102a, 107a, 109)

Ada masa, sekian dekade lalu, Madah Bakti menjadi hampir satu-satunya rujukan nyanyian liturgi, khususnya di Pulau Jawa. Satu keunggulan Madah Bakti adalah, kompilasi lagu-lagu dan musik liturgi lokal dan tradisional. Di tengah tarikan menikmati warna global, kita tergerak pulang kepada yang lokal. Kultur lokal adalah akar penghayatan hidup untuk kebanyakan manusia. Betapa sia-sia upaya untuk membuang yang lokal yang beraneka ragam, meski kita sudah merasa mampu memeluk warna global yang satu.

Setiap kali kita diajak menjadi satu dan seragam, setiap kali pula kita merindukan keanekaragaman dan keunikan. Keanekaragaman itu justru menjadi syarat agar wujud kesatuan yang diperjuangkan menjadi indah.

BUTIR-BUTIR ROHANIKU HARI INI?

 

 

--------------------
MENEMUKAN HIDUP BARU DALAM KRISTUS
Juli – Desember

Greg Soetomo, SJ

Penerbit:
Komunitas Awam Putri Sion
komunitasputrision@yahoo.com

Cetakan pertama, April 2021

Share :